"Fatimah dikenal sebagai seorang ahli ma’rifat besar dikalangan sufi
wanita pada zamannya. Ia tinggal di Khurasah Abu Yazid Al-Busthami sering
mengunjunginya, dan sangat memujinya. Fatimah tinggal di Makkah, namun sering
melakukan perjalanan ke Yerusalem dan kembali ke Makkah. Fathimah wafat ketika
sedang melaksanakan umrah pada 223 H.
Dikatakan bahwa Dzun Nun Al-Mishri adalah kenalannya. Pada suatu
kesempatan, Fhatimah mengiriminya sebuah hadiah. Dzun Nun menolak menerimanya
dengan alasan bahwa adalah suatu tanda kekurangan dan ketidakmampuan jika
menerima sesuatu dari wanita. Fathimah berkata, “tak sesuatu pun yang lebih
baik atau lebih besar dari seorang sufi di dunia ini daripada mengabaikan
sebab-sebab yang bersifat temporal (dibalik fenomena-fenomena).
Ucapan-ucapan yang dinisbahkan kepada Fhatimah Nisyapuri di
antaranya adalah, pertama, “Barang siapa yang tidak memiliki Tuhan di
alam kesadarannya, dia adalah manusia yang keliru dan tertipu, apapun bahasa
yang digunakannya dan siapa pun temannya. Tetapi barang siapa yang berkawan
dengan Tuhan, dia tidak akan pernah berbicara kecuali dengan ketulusan dan
senantiasa setia berpegang teguh pada kehati-hatian yanag penuh kerendahan hati
serta pengabdian yang penuh gairah alam perilakunya. Kedua, dimasa kini,
seorang yang memiliki kejujuran spiritual sejati dan kesalehan selalu dihantam
oleh lautan yang ombaknya kaeras. Dia senantiasa berdoa kepada Tuhan agar
dibebaskan dan diselamatkan dari ombak-ombak tersebut. Orang yang beramal agar
bisa menyaksikan Al-Haqq adalah seorang ‘arif’, dan orang yang beramal
agar Al-Haqq menyaksikan dirinya adalah seorang ‘abid’. [4]
0 komentar